Zuhud: Move On dari Dunia Fokus Akhirat

Zuhud; Move On dari Dunia Fokus Akhirat

ليس الزهد أن تترك الدنيا من يدك وهي في قلبك، إنما الزهد أن تتركها من قلبك وهي في يدك

“Zuhud itu bukanlah meninggalkan dunia dari tanganmu, sementara dia berada di dalam hatimu. Namun zuhud adalah engkau tinggalkan dunia dalam hatimu meskipun dia berada di tanganmu.” – Ibnul Qayyim, Thariq al-Hijratain (hal. 454).

Sobat muda, pernah nggak sih merasa bingung soal konsep zuhud? Kadang kita berpikir zuhud itu identik dengan meninggalkan dunia sepenuhnya—nggak punya harta, nggak cari rezeki, atau hidup serba minimalis. Padahal, kata Ibnul Qayyim, inti dari zuhud itu bukan soal apa yang ada di tangan kita, tapi apa yang mengisi hati kita.

Zuhud Bukan Anti-Dunia

Dalam Islam, dunia ini memang sering disebut sebagai ujian. Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak-anak…” (QS. Al-Hadid: 20).

Tapi, jangan salah paham. Ayat ini bukan berarti kita harus memutus hubungan total dengan dunia. Islam itu ajaran yang seimbang, dinul wasathiyah. Rasulullah ﷺ sendiri pernah bersabda:
“Tidaklah aku tinggalkan suatu fitnah yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari, no. 5096).

Artinya, dunia memang menggoda, tapi bukan untuk dijauhi sepenuhnya. Tugas kita adalah mengelolanya dengan hati yang tetap berpaut pada Allah, bukan terpikat hingga lupa tujuan hidup.

Zuhud: Dunia di Tangan, Hati Tetap Tenang

Ibnul Qayyim mengajarkan kepada kita bahwa zuhud sejati itu artinya dunia boleh ada di tangan, asal jangan sampai mendominasi hati. Contohnya? Lihat bagaimana Rasulullah ﷺ mengatur harta. Ketika mendapatkan rezeki, beliau langsung membagikannya tanpa rasa berat. Hati beliau tetap bersih dari keterikatan duniawi.

Ada juga teladan dari sahabat Abdurrahman bin Auf. Beliau salah satu sahabat terkaya, tapi harta di tangannya nggak bikin hati beliau terpikat. Beliau sering menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk perjuangan Islam, karena beliau tahu:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebaikan yang kekal adalah lebih baik di sisi Tuhanmu…” (QS. Al-Kahfi: 46).

Zuhud untuk Anak Muda Zaman Now

Sobat muda, di era sekarang, godaan dunia makin banyak: gadget keren, liburan mewah, atau gaya hidup mahal. Tapi ingat, zuhud bukan berarti nggak boleh punya semua itu. Punya duniawi sah-sah aja, selama hati kita tetap sadar bahwa semua ini titipan Allah. Jangan sampai status, harta, atau popularitas jadi yang utama.

Tips praktis biar jadi zuhud versi milenial:

1. Selalu bersyukur. Ingat bahwa semua rezeki berasal dari Allah.

2. Gunakan harta untuk kebaikan. Misalnya, sedekah atau membantu orang lain.

3. Prioritaskan akhirat. Jangan sibuk mengejar dunia sampai lupa persiapan pulang ke Allah.

Zuhud Itu Kemuliaan Hati

Sobat muda, hidup ini singkat, dan dunia ini cuma tempat transit. Seperti kata Imam Hasan Al-Bashri:
“Wahai manusia, dunia hanyalah tiga hari: kemarin yang telah berlalu, hari ini yang sedang kau jalani, dan esok yang belum tentu kau jumpai.”

Maka, jadilah pemuda yang bijak. Pegang dunia di tanganmu, tapi serahkan hatimu hanya kepada Allah. Biarlah dunia mendukungmu untuk mendekat kepada-Nya, bukan menjauhkanmu.

Semoga kita semua bisa meraih zuhud sejati, menjadi hamba yang lebih dekat kepada Allah, dan kelak diberikan kehidupan yang kekal dalam kebahagiaan di akhirat. Aamiin.

 

Oleh: Abu Abdillah Muhammad Hanif