Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai petunjuk bagi seluruh alam, menjadikannya kisah penuh hikmah bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran, dan bukti atas kebenaran untuk mereka yang lalai. Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah, satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.
Amma ba’du,
Al-Qur’an telah mengabadikan keutamaan wanita Muslimah dalam ayat-ayatnya, menjadikannya simbol kebaikan, teladan dalam kesabaran, dan contoh keteguhan menghadapi ujian. Kisah-kisah mereka tertulis dalam ayat-ayat yang memancarkan cahaya hidayah, menunjukkan bahwa wanita bukanlah sekadar figur marginal dalam perjalanan umat manusia. Sebaliknya, ia adalah tiang penopang utama peradaban dan pencetak sejarah dengan jihad dan keimanannya.
Wanita dalam Al-Qur’an: Penyebutan dan Penghormatan
Al-Qur’an menyebut wanita dalam berbagai konteks, baik secara langsung melalui nama, sifat, maupun perbuatan dan sikap mereka. Penyebutan ini menjadi saksi atas kedudukan mereka dalam Islam serta pelajaran bagi seluruh umat manusia sepanjang zaman.
1. Iman yang Kokoh dan Ketaatan Tanpa Batas
Allah ﷻ menyebut istri Fir’aun sebagai contoh iman yang tidak tergoyahkan meskipun hidup dalam lingkungan kekufuran. Firman-Nya:
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَةَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِي عِندَكَ بَيۡتٗا فِي ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata: ‘Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At-Tahrim: 11)
Meskipun hidup dalam kemewahan dan kekuasaan istana Fir’aun, ia tidak terperdaya oleh gemerlap dunia. Sebaliknya, ia memilih akhirat dan mengutamakan keimanan kepada Allah di atas segalanya.
2. Kesabaran dan Ketawakkalan kepada Allah
Kisah Maryam binti Imran menjadi teladan besar dalam kesucian, kesabaran, dan ketawakkalan. Allah ﷻ berfirman:
وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَـٰٓئِكَةُ يَـٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata: ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu atas segala wanita di dunia.” (QS. Ali Imran: 42)
Maryam adalah wanita suci yang mengabdikan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Ia adalah teladan wanita yang menjaga hati, memelihara kehormatan, dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, baik dalam kemudahan maupun kesulitan.
3. Hikmah dan Kebijaksanaan
Ratu Saba (Balqis) adalah contoh wanita yang diberkahi dengan kebijaksanaan dan kecerdasan dalam memimpin rakyatnya. Ketika ia menerima dakwah Nabi Sulaiman عليه السلام, ia menunjukkan kerendahan hati dan ketaatan kepada kebenaran. Firman Allah ﷻ:
رَبِّ إِنِّي ظَلَمۡتُ نَفۡسِي وَأَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَيۡمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri. Maka aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” (QS. An-Naml: 44)
Ratu Saba menjadi bukti bahwa kebijaksanaan mampu membawa seseorang dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid dan dari kesombongan kekuasaan menuju kerendahan hati di hadapan Allah.
4. Keikhlasan dan Pengorbanan
Ibu Nabi Musa adalah teladan luar biasa tentang keimanan dan keikhlasan seorang ibu. Allah ﷻ mengilhaminya untuk melakukan sesuatu yang tampak mustahil demi menyelamatkan anaknya:
وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَرۡضِعِيهِۖ فَإِذَا خِفۡتِ عَلَيۡهِ فَأَلۡقِيهِ فِي ٱلۡيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحۡزَنِيٓۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيۡكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para rasul.” (QS. Al-Qasas: 7)
Ibu Nabi Musa menjadi simbol pengorbanan seorang ibu yang percaya penuh pada janji Allah meski dalam kondisi paling berat sekalipun.
Inspirasi Abadi bagi Generasi Masa Depan
Wanita-wanita yang disebutkan dalam Al-Qur’an bukan sekadar kisah untuk diceritakan, melainkan adalah lentera yang menuntun wanita Muslimah sepanjang zaman.
Wanita yang menghadapi ujian iman dapat meneladani istri Fir’aun.
Wanita yang mendambakan kesucian dan kedekatan dengan Allah memiliki Maryam sebagai panutan.
Wanita yang bijaksana dalam urusan dunia dapat belajar dari Ratu Saba.
Wanita yang menjalankan peran keibuan dengan keimanan dapat mengambil inspirasi dari ibu Nabi Musa.
Penutup
Al-Qur’an mengabadikan kisah-kisah ini sebagai pelajaran bagi siapa saja yang ingin meraih ridha Allah dan menjadi insan yang mulia. Firman Allah ﷻ:
لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Yusuf: 111)
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut. Amiin ya Mujiib
Wallahu a’lam bis shawab
Diterjemahkan dari kitab: Ad Durarul Bahiyyah Fii Ma’atsirin Nisa’ An Nadiyyah_karya Abu Abdillah Muhammad Hanif hafidzahullahu ta’ala