Merengkuh Kebahagiaan yang Hakiki

Rasulullah ﷺ telah mewariskan kepada kita sebuah pelajaran yang tak ternilai: bahwa kebahagiaan yang hakiki bukanlah terpaut pada harta yang melimpah atau kenikmatan dunia yang sementara. Ia tidak bersemayam di singgasana megah, tidak pula di dalam emas permata. Kebahagiaan sejati hanya hadir di hati yang mampu ridha kepada Allah, percaya kepada takdir-Nya, dan senantiasa husnuzan kepada Sang Pemilik segala sesuatu.

Betapa sering kita mendengar jawaban, “Aku ingin menjadi kaya,” ketika seseorang ditanya tentang cita-citanya. Namun, apakah itu benar-benar keinginan yang sesungguhnya? Keinginan sejati tidak hanya berhenti pada kata-kata yang meluncur dari lisan, tetapi juga tampak dalam tekad yang kokoh, kerja keras yang tulus, doa yang tak pernah terputus, dan tawakal yang sempurna.

Begitu pula dengan kebahagiaan. Ia bukan sekadar ilusi atau mimpi yang diucapkan berulang-ulang. Kebahagiaan adalah pencarian yang disertai usaha dan pengorbanan. Namun, lebih dari itu, kebahagiaan yang sejati adalah anugerah yang hanya dapat diraih dari Allah. Dan jalan menuju kebahagiaan itu telah terang benderang, karena Allah telah memberikan kepada kita sosok yang menjadi suri teladan, Rasulullah ﷺ, yang kehidupannya adalah gambaran sempurna tentang kebahagiaan dunia dan akhirat. Kita hanya perlu meneladani jejak langkah beliau ﷺ dengan penuh cinta dan keikhlasan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta benda, melainkan kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa.”
(HR. Bukhari-Muslim)

Adakah yang lebih indah dari hati yang kaya? Hati yang selalu merasa cukup, bahkan di tengah keterbatasan. Hati yang memandang dunia dengan kesyukuran, tanpa pernah diperbudak oleh keinginan yang tiada akhir. Maka, sungguh beruntunglah orang-orang beriman yang hidup di bawah naungan Islam, sebuah agama yang menyempurnakan segala panduan hidup. Dalam Islam, setiap jiwa yang mencarinya akan menemukan cahaya, setiap hati yang merindukannya akan dipenuhi ketenangan.

Keindahan Islam dapat dirasakan dalam setiap nafas ibadah, sebagaimana matahari yang tidak pernah ingkar dari perintah Rabb-nya. Ia terus setia terbit dari timur dan tenggelam di barat, mengabdi selama berjuta-juta tahun tanpa lelah. Begitu pula makhluk-makhluk Allah selain manusia dan jin, semuanya tunduk bertasbih, memuja Sang Pencipta dengan penuh kepatuhan.

Allah ﷻ berfirman:
“Telah bertasbih kepada Allah segala yang ada di langit dan di bumi, dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Ash-Shaff: 1)

Namun, jika keindahan Islam belum terasa di hati kita, barangkali ada yang salah. Mungkin hati ini telah kering, retak, atau bahkan mengeras. Sebuah hati yang tidak pernah dibasuh dengan lantunan ayat-ayat Allah akan kehilangan kelembutannya. Maka, mari kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah hati kita dibasuh dengan firman-Nya? Sudahkah hati ini bergetar kala mendengar nama-Nya?

Allah ﷻ mengingatkan kita:
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima Islam sehingga ia mendapatkan cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya keras membatu)? Maka celakalah bagi mereka yang hatinya telah keras untuk mengingat Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Az-Zumar: 22)

Betapa meruginya mereka yang membiarkan hati mereka mengeras, seperti batu yang tak dapat lagi meresap air. Sebaliknya, hati seorang mukmin adalah hati yang hidup, yang lembut, dan mudah tersentuh. Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, dan kepada Rabb mereka, mereka bertawakal.”
(QS. Al-Anfal: 2)

Saudaraku, kebahagiaan sejati bukanlah mitos, bukan pula mimpi yang mustahil diraih. Ia adalah kepastian bagi siapa saja yang mengikuti jalan yang telah ditunjukkan Rasulullah ﷺ. Tegakkanlah Islam dalam setiap sisi kehidupanmu. Amalkanlah ajarannya dengan sepenuh hati. Karena Islam bukan hanya panduan, tetapi juga cahaya yang menerangi setiap kegelapan, obat bagi setiap luka, dan tempat berlindung bagi hati yang mencari ketenangan.

“Maka, kepada Allah-lah segala harapan tertuju. Kepada-Nya kita pasrahkan hati, jiwa, dan kehidupan ini. Dan hanya dengan Islam, kita akan merengkuh kebahagiaan yang hakiki.”

 

Ditulis oleh; Ummu Abdurrahman