Keberanian dan Keridhaan: Kunci Menembus Batas

Untuk meraih versi terbaik dari diri kita dan melampaui batas yang ada, kita membutuhkan keberanian. Namun, keberanian ini bukanlah keberanian yang sembrono atau melampaui tempatnya, melainkan keberanian yang dibangun di atas kebijaksanaan. Sebuah keberanian yang tidak hanya menaklukkan ego, tetapi juga melahirkan keridhaan dalam setiap langkah.

Keberanian yang sejati bukanlah keberanian untuk melawan segalanya, tetapi keberanian untuk menerima. Ridha atas apa yang menjadi ketentuan Tuhan, ridha atas hal-hal yang berada di luar kendali kita, dan ridha terhadap segala kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Jika ada seseorang yang mencela kita, keberanian sejati adalah membalas celaan itu dengan pujian atau doa kebaikan. Jika hujan turun ketika kita lupa membawa jas hujan, keberanian sejati adalah tersenyum menerima keputusan-Nya, alih-alih menggerutu dan mengutuk keadaan. Inilah keberanian yang melahirkan kekuatan hakiki—keridhaan.

Keridhaan: Simbol Keberanian Hakiki

Keridhaan adalah lambang kekuatan sejati. Tidak ada yang mampu meraih keridhaan tanpa memiliki keyakinan yang kokoh akan hikmah di balik setiap kejadian. Keyakinan bahwa setiap “keburukan” yang menimpa membawa pelajaran dan kebaikan tersembunyi. Dengan keyakinan seperti itu, keridhaan akan menjadi sumber kebahagiaan yang tak tergoyahkan, bahkan ketika kita menghadapi ujian terberat sekalipun.

Keridhaan adalah surganya dunia. Ia adalah puncak kenikmatan yang mampu mengusir rasa sakit dan bosan. Hati yang ridha tak akan pernah merasakan penderitaan, karena ia telah memilih untuk berdamai dengan apa pun yang datang.

Lihatlah orang gila yang berjalan di jalanan. Dengan pakaian seadanya dan sepotong roti basi di tangan, mereka terlihat tersenyum menikmati hidupnya. Luka-luka yang menganga di tubuh mereka, bahkan lalat yang berkerumun, tak pernah mengusik senyum itu. Kita mungkin bertanya-tanya, “Apakah mereka tidak menderita?” Jawabannya sederhana: mereka tidak merasakan penderitaan karena mereka telah menerima segalanya dengan keyakinan penuh, bahwa apa yang menimpa mereka dan apapun yang mereka dapatkan adalah sebuah kebaikan, sehingga mereka tidak protes, tidak mengeluh, dan tidak mempertanyakan nasibnya. Mereka telah menemukan apa yang sering kali kita cari: kedamaian hati.

Pelajaran dari Anak-Anak dan Kesatria

Mari melihat anak kecil yang baru belajar berjalan. Ia berlari dengan penuh tawa, terjatuh, bahkan kepalanya terbentur hingga berdarah. Tapi ia tidak langsung menangis. Sebaliknya, ia bangkit, berlari lagi, seolah tidak terjadi apa-apa. Barulah ketika ia melihat darah di kepalanya, ia mulai menangis. Kenapa begitu? Karena sejak awal, keyakinannya tidak terpusat pada rasa sakit. Ia yakin, terjatuh adalah bagian dari keberaniannya untuk mencoba.

Atau, mari tengok para kesatria dalam kisah legendaris. Mereka terus maju, meski tubuhnya ditusuk tombak atau tikaman belati. Apakah mereka tidak merasa sakit? Tentu saja mereka merasakannya. Tetapi keyakinan mereka pada janji kemenangan atau balasan mulia mengatasi rasa sakit itu. Keyakinan inilah yang melahirkan keberanian yang melampaui rasa takut, bahkan terhadap kematian sekalipun.

Keberanian yang Dilahirkan oleh Keyakinan

Keyakinan adalah sumber segala keberanian. Sebuah hati yang dipenuhi keyakinan mampu menaklukkan dunia. Bahkan tubuh yang tampak kecil dan lemah dapat menjadi jauh lebih kuat daripada fisik yang gagah namun rapuh di dalamnya. Kekuatan sejati tidak terletak pada otot, tetapi pada keteguhan jiwa yang mampu mengendalikan dirinya.

Maka, ambillah bagian dari keyakinan itu. Jadilah pemberani dengan menerima apa yang ada di luar kendali, sambil terus berusaha pada apa yang bisa kau kendalikan. Fokuslah pada dirimu, pada potensimu, dan lepaskan dirimu dari keluhan atas apa yang sudah digariskan. Dengan begitu, kau akan melampaui dirimu sendiri dan menembus batas yang selama ini terasa mustahil.

 

Dari buku: beyond limits karya Abu Rehal Rafif Kinanthi