Asiyah Bintu Muzahim

Pendahuluan

Kisah Asiah binti Muzahim, istri Fir’aun yang zalim, adalah salah satu gambaran paling agung tentang iman yang kokoh dan kesabaran yang indah dalam menghadapi kezaliman. Wanita ini hidup di istana yang dipenuhi dengan kemewahan dunia, dikelilingi oleh kekuasaan yang besar. Namun, ia melihat semua itu sebagai fatamorgana yang fana. Ia memilih jalan keimanan, ridha kepada Allah sebagai Rabb, dan kepada Musa sebagai Nabi. Allah ﷻ mengabadikan namanya dalam kitab-Nya yang mulia sebagai teladan bagi orang-orang beriman.

Allah ﷻ berfirman:

 وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَةَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِی عِندَكَ بَیۡتࣰا فِی ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِی مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِی مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّـٰلِمِینَ

“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika ia berkata: ‘Ya Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
(QS. At-Tahrim: 11)

 

Nasab dan Kedudukan Asiah

Menurut riwayat, nama lengkapnya adalah Asiah binti Muzahim. Ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari Bani Israil, namun ada pula yang menyebutkan bahwa ia berasal dari bangsa Qibthi, penduduk asli Mesir. Ia adalah istri Fir’aun, seorang raja yang kejam dan zalim, yang mengklaim dirinya sebagai tuhan:

فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ

“Lalu dia (Fir’aun) berkata: ‘Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.”
(QS. An-Nazi’at: 24)

 

Asiah adalah wanita yang memiliki kebijaksanaan, keteguhan hati, dan kedudukan tinggi di istana Fir’aun. Namun, ia tidak terlena oleh kemewahan atau kekafiran di sekitarnya. Allah ﷻ menanamkan cahaya iman di hatinya, sehingga ia mampu melihat kebenaran yang lebih berharga daripada kilauan dunia.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya:

 إنها امرأةٌ مؤمنةٌ رزقها الله بصيرةً نافذةً، فاختارت الإيمان على الكفر، والآخرة على الدنيا

“Dia adalah wanita yang beriman, yang Allah anugerahi pandangan yang tajam, sehingga ia memilih iman daripada kekafiran, dan akhirat daripada dunia.”

 

Keimanan Asiah kepada Musa عليه السلام

Menurut Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya, keimanan Asiah mulai tumbuh ketika Nabi Musa عليه السلام datang membawa risalah tauhid. Hatinya yang penuh keimanan menerima kebenaran ini tanpa ragu. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa ia menyaksikan mukjizat Musa ketika tongkatnya berubah menjadi ular besar di hadapan para penyihir Fir’aun. Mukjizat tersebut semakin menguatkan keyakinannya bahwa Musa adalah utusan Allah.

Kesabaran dan Keteguhan Asiah Menghadapi Fir’aun

Ketika Fir’aun mengetahui keimanan Asiah, ia murka besar. Berbagai cara dilakukan untuk mengembalikan Asiah kepada kekafiran, termasuk penyiksaan yang berat. Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah, bahwa Fir’aun memerintahkan agar Asiah disiksa dengan cambukan dan dijemur di bawah terik matahari.

Namun, di tengah siksaan tersebut, Asiah tetap teguh pada keimanannya. Doanya yang indah diabadikan dalam Al-Qur’an:

رَبِّ ٱبۡنِ لِی عِندَكَ بَیۡتࣰا فِی ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِی مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِی مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّـٰلِمِینَ

“Ya Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
(QS. At-Tahrim: 11)

 

Imam Ibnu Al-Jauzi dalam kitabnya Zad Al-Masir menjelaskan:

“إن الله أراها بيتها في الجنة وهي تحت التعذيب، فابتسمت مستبشرةً، فزاد ذلك من غضب فرعون عليها”

“Allah memperlihatkan rumahnya di surga saat ia tengah disiksa, sehingga ia tersenyum penuh kegembiraan. Hal ini semakin membuat Fir’aun murka.”

 

Wafat Asiah dan Kemuliaannya

Fir’aun memerintahkan agar Asiah dibunuh dengan cara yang kejam. Ia diikat di tanah dan dijatuhi batu besar di atas tubuhnya. Namun, sebelum nyawanya dicabut, Allah ﷻ telah memperlihatkan rumahnya di surga.

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya berkata:

إن ابتسامتها كانت علامةً على رضاها بقضاء الله، وسعادةً بوعده الذي لا يُخلف

“Senyumannya adalah tanda ridha terhadap ketetapan Allah dan kebahagiaan atas janji-Nya yang pasti.”

Pelajaran dari Kisah Asiah

1. Keteguhan Iman
Kisah Asiah mengajarkan kita bahwa iman yang benar tidak akan tergoyahkan oleh ancaman atau cobaan apa pun.

2. Kesabaran dalam Ujian
Asiah menunjukkan bahwa kesabaran yang didasari keikhlasan akan berbuah kemuliaan di sisi Allah.

3. Orientasi kepada Akhirat
Doa Asiah mengajarkan kita untuk selalu mengutamakan akhirat dan mencari keridhaan Allah di atas segalanya.

 

Kisah Asiah binti Muzahim adalah teladan abadi tentang kekuatan iman, kesabaran, dan pengorbanan. Allah ﷻ menjadikan namanya sebagai perumpamaan dalam Al-Qur’an agar menjadi inspirasi bagi setiap orang beriman yang menghadapi kezaliman.

Allah ﷻ berfirman:

 إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِینَ ءَامَنُواْ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَیَوۡمَ یَقُومُ ٱلۡأَشۡهَـٰدُ

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).”
(QS. Ghafir: 51)

 

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang teguh dalam iman, sabar dalam ujian, dan senantiasa mencari keridhaan-Nya. Amiin Ya Mujiib

Wallahu a’lam bis shawab

 

Diterjemahkan dari kitab: Ad Durarul Bahiyyah fii Ma’aatsirin Nisa’ An Nadiyyah _Karya Abu Abdillah Muhammad Hanif