Akhlaq mulia adalah mahkota bagi seorang mukmin. Ia adalah perhiasan yang tidak akan pudar, bekal yang tidak akan habis, dan jalan menuju kebahagiaan sejati. Orang yang berpegang teguh dengan akhlaq yang baik akan dicintai di dunia dan dimuliakan di akhirat. Rasulullah ï·º bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Abu Dawud no. 4682, dari sahabat Abu Hurairah)
Tidak hanya itu, akhlaq yang baik juga menjadi sebab utama seseorang masuk ke dalam surga. Ketika Rasulullah ï·º ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, beliau menjawab:
“Takwa kepada Allah dan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 2004, dari sahabat Abu Hurairah)
Sungguh, agama ini dibangun di atas kesempurnaan akhlaq. Rasulullah ï·º sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia, sebagaimana sabda beliau:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 273, dari sahabat Abu Hurairah)
Maka, tidaklah seseorang dikatakan sebagai seorang mukmin sejati kecuali jika akhlaqnya baik, lembut tutur katanya, bersih hatinya, dan jernih perilakunya.
Beberapa Contoh Akhlaq yang Mulia
-
Menjaga Lisan
Lisan adalah anugerah yang bisa menjadi berkah atau musibah, tergantung bagaimana seseorang menggunakannya. Rasulullah ï·º bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari no. 6018, Muslim no. 47, dari sahabat Abu Hurairah)
Imam Mujahid rahimahullah berkata:
“Seorang hamba tidak akan mencapai derajat ketakwaan yang tinggi sampai ia menahan lisannya dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” (Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd no. 1342)
-
Murah Hati
Orang yang murah hati senantiasa dicintai oleh manusia dan dirahmati oleh Allah. Rasulullah ï·º bersabda:
“Allah merahmati seorang hamba yang lembut ketika menjual, membeli, dan menuntut haknya.” (HR. Al-Bukhari no. 2076, dari sahabat Jabir bin Abdillah)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Dengan murah hati, hati menjadi tenang, dunia menjadi lapang, dan keberkahan semakin bertambah.” (Madarij As-Salikin, 2/307)
-
Takut kepada Allah
Rasa takut kepada Allah adalah tanda keimanan dan benteng dari perbuatan dosa. Â Fudhail bin Iyadh berkata:
“Hakikat takut kepada Allah adalah engkau meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya.” (Hilyatul Auliya’ 8/85)
-
Ikhlas dalam Beramal
Ikhlas adalah ruh dari segala ibadah. Tanpa ikhlas, amal sebesar apa pun akan menjadi debu yang berterbangan. Rasulullah ï·º bersabda:
“Sesungguhnya Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas dan mengharap wajah-Nya semata.” (HR. An-Nasa’i no. 3140, dari sahabat Abu Umamah)
Sufyan Ats-Tsauri berkata:
“Aku tidak melihat sesuatu yang lebih sulit untuk aku perbaiki dibandingkan niatku, karena ia senantiasa berubah-ubah.” (Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi, hlm. 149)
-
Kejujuran
Kejujuran adalah kunci segala kebaikan. Rasulullah ï·º bersabda:
“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga.” (HR. Muslim no. 2607, dari sahabat Abdullah bin Mas’ud)
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Kejujuran adalah pangkal dari semua akhlaq mulia. Tidaklah seseorang mencapai derajat keshalihan kecuali dengan kejujuran.” (Madarij As-Salikin, 2/308)
-
Tawadhu’ (Rendah Hati)
Kerendahan hati adalah tanda kejernihan hati dan kebesaran jiwa. Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588, dari sahabat Abu Hurairah)
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata:
“Tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih tinggi darimu dalam kebaikan, dan tidak merasa lebih baik dari orang yang lebih rendah darimu.” (Az-Zuhd, hlm. 258)
Akhlaq mulia adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Ia bukan hanya mendekatkan seorang hamba kepada Allah, tetapi juga menjadikannya pribadi yang dicintai oleh orang-orang di sekitarnya.
Seorang mukmin sejati bukan hanya diukur dari ibadahnya, tetapi juga dari bagaimana ia memperlakukan orang lain. Akhlaq yang baik adalah perwujudan dari keimanan yang kuat, sebagaimana sabda Rasulullah ï·º:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162, dari sahabat Abu Hurairah)
Akhlaq yang baik bukan sekadar kebiasaan atau etika sosial semata, tetapi ia adalah cerminan dari iman yang tertanam dalam hati. Semakin kuat iman seseorang, semakin indah pula akhlaqnya. Rasulullah ï·º bersabda:
“Orang mukmin itu mudah bergaul dan mudah diajak bergaul. Tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak bisa bergaul dan tidak bisa diajak bergaul.” (HR. Ahmad no. 8939, dari sahabat Abu Hurairah)
Perhatikanlah kehidupan para sahabat dan generasi salaf. Mereka tidak hanya dikenal karena ibadah dan keilmuannya, tetapi juga karena keindahan akhlaq mereka. Abdullah bin Mas’ud pernah berkata:
“Seseorang yang memiliki akhlaq yang baik, maka ia akan dicintai oleh manusia dan didekatkan kepada Allah, meskipun ibadahnya tidak terlalu banyak.” (Hilyatul Auliya’, 1/136)
meneladani Rasulullah ﷺ. Beliau adalah manusia yang paling sempurna akhlaqnya. Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlaq Rasulullah ﷺ, maka beliau menjawab:
“Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim no. 746, dari sahabat Sa’ad bin Hisyam)
Ini menunjukkan bahwa siapa pun yang ingin memiliki akhlaq yang mulia, hendaknya ia mendalami Al-Qur’an, memahami makna-maknanya, serta mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang memiliki akhlaq yang baik akan hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan. Hatinya dipenuhi dengan ketulusan, ucapannya menyejukkan, dan perbuatannya membawa kebaikan bagi orang lain. Rasulullah ï·º bersabda:
“Orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2018, dari sahabat Jabir bin Abdillah)
Sebaliknya, keburukan akhlaq adalah sumber dari segala kesulitan. Orang yang kasar lisannya, suka berbohong, atau sombong dalam bersikap akan dijauhi manusia dan mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.
Hasan Al-Bashri pernah berkata:
“Barang siapa yang baik akhlaqnya, ia telah menyempurnakan akalnya. Dan barang siapa yang buruk akhlaqnya, maka ia telah merusak dirinya sendiri sebelum merusak orang lain.” (Az-Zuhd karya Ibnul Mubarak, hlm. 250)
Maka, akhlaq mulia bukan hanya membawa kebaikan di akhirat, tetapi juga menjadi sebab kebahagiaan di dunia.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlaq yang baik.” (HR. Abu Dawud no. 4799, dari sahabat Abu Darda’)
Maka, marilah kita senantiasa berusaha memperbaiki akhlaq kita. Sebab, tidak ada warisan terbaik yang bisa kita tinggalkan selain akhlaq yang baik.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang berhias dengan akhlaq yang mulia. Wallahu a’lam.
Ditulis oleh: Abdurrahman bin Kohirudin